Disaat bulan Desember menjelang dan hari - hari menjelang natal tiba, banyak hal yang saya rasakan baik itu sesuatu yang menggembirakan bahkan menyedihkan. Kenapa saya harus sedih?! karena saya merasa dari tahun ke tahun makna natal yang sesungguhnya sudah semakin bergeser dan semakin tidak dihargai, bahkan musim natal saat ini hanya merupakan waktu yang disediakan untuk kita berbuat baik dan untuk meyakinkan bahwa kita tidak sendiri. Lalu kemanakah makna natal yang selalu aku dengar saat kecil dulu?! dan juga kemanakah semangat Natal itu sekarang?! Apakah semangat Natal itu berarti senyuman ramah kepada orang asing, suara pujian yang sering kita dengar, pohon yang berkelap - kelip di tengah lautan hadiah dengan bungkus berkilauan, atau hanya sekedar perasaan senang dan bahagia atas apa yang telah anda raih tahun ini???
Semua hal diatas tak satupun mampu menggambarkan makna Natal serta semangat Natal yang sejati. Semuanya hanyalah menunjukkan perasaan yang muncul sebagai respons terhadap komersialisme yang sudah menyelewengkan semagat Natal yang sejati.... Rasul Paulus menggambarkan Allah Sang Penguasa surga dan bumi mengesampingkan kemuliaan Ilahi-Nya dan menjadi pelayan bagi kita dengan wafat di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Saat ini Dia mendorong kita untuk juga melayani orang lain dengan rendah hati. Itulah semangat Natal yang sejati.
Jadikan perayaan Natal tahun ini lebih dari sekadar saat untuk berbuat baik. Natal berbicara tentang rencana Kristus untuk menebus dosa manusia, satu-satunya alasan kita merayakan Natal. Mari kita turut ambil bagian untuk menyampaikan kisah yang ajaib tentang Yesus, Anak Allah. Mari kita ber-doa supaya banyak orang akan mencari Dia dan menemukan-Nya tahun ini, seperti orang-orang Majus yang datang untuk menyembah sang Juruselamat yang telah dijanji-kan.
No comments:
Post a Comment